Jika tujuan instruksi matematika
adalah memungkinkan siswa untuk mematematikakan realitas kehidupan mereka, maka
keadaan-keadaan dengan kemungkinan untuk meningkatkan kemampuan matematika
perlu didesain (atau ditemukan) dengan hati-hati. Menganjurkan siswa menjadi
pelajar yang matematis—melihat diri mereka sebagai matematikan—kita perlu
menyertakan mereka dalam membuat pengertian di dunia mereka secara matematis.
Secara kebiasaan, kita telah menyampaikan kepada siswa bahwa matematika ada di
sekitar kita—meskipun begitu kita memberikan contoh-contoh yang mudah, seperti
menemukan tanda-tanda bilangan pada nomor telepon dan alamat rumah atau
memperlihatkan bentuk geometri pada makanan, mangkok, kotak, dan objek-objek
lainnya di lingkungan kita.
Keadaan-keadaan tersebut ada
kemungkinan untuk dimatematikakan oleh siswa paling tidak pada tiga komponen:
1.
Kemampuan untuk memodelkan keadaan-keadaan harus
dibangun (Freudenthal, 1973). Skenario cerita bus dan kereta api bawah tanah
dimana orang-orang datang dan pergi dapat dimodelkan dengan menambahkan dan
mengurangkan—penambahan dan pengurangan. Skenario cerita toko makanan dan toko
eceran, mengumpulkan data dan menemukan cara untuk mengelompokkannya,
menginventaris benda-benda di kelas, bahkan permainan papan dan permainan
kartu, semua mempunyai kemungkinan untuk membentuk model matematika.
2. Keadaan tersebut diperlukan siswa untuk
menyatakan apa yang mereka lakukan. Seorang anak menggambar sebuah kalung
dengan dua puluh manik-manik dan menentukan apakah koin pelanggan bisa
digunakan untuk membayarnya, menggambarkan atau mengimajinasikan matematika
secara konkret dan bisa mengecek kelayakan jawaban-jawaban dan tindakan.
Orang-orang Belanda menggunakan aturan zich
realiseren, yang berarti “merealisasikan dalam hal menggambarkan atau
mengimajinasikan sesuatu secara konkret (van den Heuvel-Panhuizen, 1996).
3. Keadaan tersebut mendesak siswa untuk mengajukan
pertanyaan, membentuk pola, ingin tahu, bertanya mengapa dan bagaimana jika.
Inquiry adalah inti dari apa itu artinya menjadikan matematika. Pertanyaan
datang dari interaksi dengan dunia sekitar kita, dari hubungan yang dibuat,
dari percobaan untuk menemukan permasalahan. Ketika masalah itu dimiliki,
keadaan itu mulai nampak hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar