Salah
satu konsep dasar dari RME adalah ide Freudenthal (1971), yaitu matematika
sebagai sebuah aktivitas manusia. Seperti telah disampaikan sebelumnya, baginya
matematika bukanlah batang tubuh dari pengetahuan matematis, tetapi aktivitas
dari penyelesaian masalah dan pencarian masalah, dan, lebih umumnya, aktivitas
dari pengaturan persoalan nyata atau persoalan matematis – yang dia sebut
‘matematisasi’ (Freudenthal, 1968). Dalam bentuk yang sangat jelas, dia
mengelompokkan apa itu matematika bahwa: “Tidak ada matematika tanpa
pematematikaan” (Freudenthal, 1973, hal. 134).
Interpretasi
matematika berdasarkan aktivitas ini juga memiliki konsekuensi penting
bagaimana pendidikan matematika dikonseptualisasikan. Tepatnya, hal ini
memberikan pengaruh pada tujuan pendidikan matematika dan metode pengajarannya.
Menurut Freudenthal, matematika bisa lebih baik jika dipelajari dengan
melakukan sesuatu (ibid., 1968, 1971, 1973) dan pematematikaan adalah tujuan
inti pendidikan matematika.
Apa yang manusia hatus pelajari bukanlah matematika sebagai
sistem tertutup, tetapi lebih sebagai sebuah aktivitas, realitas proses pematematikaan
dan jika mungkin melengkapinya dengan mematematikakan matematika. (Freudenthal,
1968, hal. 7)
Meskipun
Freudenthal pada tulisan awalnya secara jelas menunjuk pada dua macam
pematematikaan, dan dia membuatnya lebih jelas bahwa dia tidak ingin membatasi
pematematikaan pada sebuah aktivitas di level dasar, dimana hal itu diterapkan
untuk mengorganisasikan persoalan yang tidak matematis dengan sebuah cara
matematis, fokus utamanya adalah pada mematematikakan realitas dalam pengertian
sebenarnya. Dia tidak sepakat terhadap adanya pemutusan hubungan matematika
dari kehidupan yang nyata dan pengajaran aksioma-aksioma yang sudah jadi
(Freudenthal, 1973).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar