Terdapat
paling sedikit tiga strategi yang guru gunakan untuk mengembangkan norma
matematika.
Menggunakan Pekerjaan
Siswa
Guru
menjelaskan suatu norma dengan menggunakan pekerjaan siswa sebagai sebuah
contoh dari apa itu yang disebut norma.
Sejak
beberapa norma menjadi suatu keumuman, norma tersebut dapat dikomunikasikan
dengan hanya istilah umum seperti “dalam suatu penjelasan matematis kamu tidak
bisa menuliskan apa yang kamu miliki jika belum menunjukkan bahwa itu benar”.
Tetapi guru dalam studi ini membicarakan tentang norma-norma hampir selalu
dengan menggunakan pekerjaan siswa. Di samping itu, guru tidak menggunakan
contoh buatan: Dia selalu menggunakan pekerjaan yang sebenarnya dari siswa.
Membuat Sebuah Perbandingan
Terkadang
guru membiarkan seluruh siswa di kelas untuk membandingkan kedua pekerjaan
mereka di papan tulis, dan menunjukkan bahwa salah satunya mengikuti sebuah
aturan dengan baik, dan yang lainnya tidak melakukannya dengan baik. Kemudian,
guru meminta siswa untuk mengikuti aturan.
Hal
ini tampak sesuai dengan “neriage”, yang mana adalah suatu strategi
instruksional yang umum digunakan pada tingkat SD di Jepang. Guru SD Jepang
sering meminta siswa untuk menggambarkan ide atau solusi dari mereka sendiri di
papan tulis. Kemudian membandingkan tulisan mereka, siswa mendiskusikan apa
yang mereka ulas dari ide atau solusi tersebut. Proses dari diskusi komparatif
ini disebut “neriage” (meremas/menguli/mengadoni). Sejak “neriage” menyertai
diskusi komparatif, hal ini bukanlah sebatas “berbagi ide” (McClain & Cobb,
2001, hal. 247)
Memperhatikan Siswa yang
Tidak Mengikuti Suatu Aturan
Guru
sering membahas tentang pekerjaan siswa yang tidak mengikuti suatu aturan. Ketika
mengerjakannya, dia mengambil langkah hati-hati untuk mengurangi bahaya
kerusakan secara psikologis dan sosial dari siswa tersebut.