Jumat, 12 Agustus 2011

Endometriose

Salah satu penyakit wanita yang menimbulkan gangguan pendarahan di luar masa haid yang sebenarnya adalah adanya gumpalan yang disebut endometriosis (Jerman: Endometriose). Kata Endometriose berasal dari bahasa latin untuk selaput rahim (Gebärmutterschleimhaut) Endometrium. Selaput rahim inilah yang pada wanita dewasa ‘runtuh’ pada setiap bulan bila tidak mengalami kehamilan dan keluar sebagai darah kotor haid. Normalnya, selaput rahim ini hanya ada dalam rongga rahim. Namun, ternyata selaput rahim ini bisa didapati di luar rongga rahim, misal di dalam dinding rahim, dalam kandung telur, dalam saluran telur atau bahkan di tempat-tempat yang ‘jauh’ seperti di dalam rongga perut, hati dan dada, sehingga orang menyebut gangguan penyakitnya sebagai endometriosis (=bersifat seperti Endometrium). Meskipun demikian kasus yang paling sering dijumpai adalah tumbuhnya/terbentuknya endometriosis pada organ-organ reproduksi bagian dalam, seperti pada vagina, rahim, kandung selur dan saluran telur. Pertumbuhan selaput di dalam rahim dan bagian selaput di dalam ‘kawanan’ endometriosis bergantung pada hormon-hormon wanita (estrogen dan progesteron). Oleh sebab itu selaput rahim dan endometriosis dipengaruhi oleh perubahan-perubahan siklis yang sama, artinya bagian selaput endometriosis terbentuk dan mengeluarkan darah terus sampai akhir siklus bulan yang bersangkutan. Namun, karena darah dalam kawanan endometriosis tidak mempunyai jalan keluar dan dapat dikatakan tetap terperangkap, maka kawanan ini makin lama makin membesar dan kemudian akhirnya dapat membentuk kapsul besar (kista, Jerman=Zyste). Terjadinya endometriosis di luar rahim ini sampai sekarang masih terus dipelajari. Beberapa teori telah diajukan, beberapa dinyatakan gugur, namun muncul lagi teori-teori baru. Dunia kedokteran baru tahu pasti bagaimana menghilangkan kista endometriosisnya, namun bagaimana terbentuknya atau sebab-sebab apa yang menimbulkannya masih terus dalam penelitian. Bahkan sesudah operasi pengambilan kistapun, penyakit endometriosis ini dapat muncul kembali. Umumnya berlaku keadaan sebagai berikut: bila wanita yang mengidap penyakit endometriosis ternyata hamil, maka kemunculan endometriosis terhambat. Namun, bila pasien tersebut tidak hamil, maka peluang munculnya kembali kista endometriosis jauh lebih besar dan dalam jangka waktu yang relatif lebih cepat. Oleh sebab itu sesudah endometriosis diambil melalui operasi diperlukan terapi lanjutan, yang dapat berupa obat minum atau suntikan, yang harus dijalani langsung sesudah operasi.
Tanda-tanda penyakit endometriosis dapat bermacam-macam, di antaranya: (1) sakit di perut bagian bawah sebelum dan selama haid, (2) sakit ketika berhubungan suami istri atau pada saat pemeriksaan ginekologi, (3) rasa seperti kram pada kandung kemih atau usus (dubur), dapat dibarengi dengan pendarahan dari usus (dari dubur) atau kandung kemih, (4) tidak punya anak dengan atau tanpa keluhan-keluhan di atas. Namun, keluhan yang khas adalah (1), (2), (4) dan keluhan sakit pada usus (dubur) atau kandung kemih yang berulang (siklis). Meskipun demikian ada pula pasien endometriosis yang sama sekali tidak mempunyai/merasakan tanda-tanda tersebut. Untuk pemastian adanya endometriosis diperlukan pemeriksaan ginekologis dan ”Ultraschall” (USG=ultra sonography). Dengan Ultraschall bisa terjadi bahwa kista endometriosis yang masih kecil masih belum terdeteksi. Pemeriksaan yang paling akurat saat ini untuk memastikan adanya endometriosis adalah dengan peneropongan perut (Bauchspiegelung) yang sekaligus dapat mengambil sebagian atau seluruh kistanya bila dipastikan bahwa pasien yang bersangkutan mengidap endometriosis. Dengan Bauchspiegelung pasien harus dibius total. Bila si pasien ingin mempunyai anak, maka dengan Bauchspiegelung ini dapat sekaligus dilihat apakah saluran telurnya dapat dilewati oleh sel telur yang telah matang. Hal ini penting karena sel telur yang matang akan ‘berjalan’ dari kandung telur menuju saluran telur dan pembuahan sel telur oleh sperma secara alami terjadi di dalam saluran telur. Untuk pemastian finalnya, maka seringkali diambil contoh jaringan dari suatu kawanan endometriosis dan diperiksa dengan lebih teliti. Bila di bawah mikroskop diketahui bahwa ada sel-sel endometriosisnya, maka jelas benarlah diagnosenya.
Telah diketahui bahwa endometriosis dapat menghambat kehamilan. Bauchspiegelung yang dilakukan terhadap wanita yang lama tidak bisa punya anak menunjukkan bahwa 50% kasusnya mempunyai kawanan endometriosis dalam organ dalam reproduksi. Memang setiap satu dari dua wanita yang tidak bisa punya anak dapat diketahui dengan pasti melalui Bauchspiegelung. Namun, hal ini tidak berarti bahwa endometriosis merupakan satu-satunya penyebab tidak bisa hamil. Dalam hal ini terdapat berbagai macam faktor penyebab lain, seperti misalnya gangguan psikhis atau gangguan hormonal, dan juga tidak kalah pentingnya adalah kemampuan membuahi dari sperma suaminya. Dapat terjadi bahwa wanita yang mempunyai endometriosis bisa hamil juga. Dengan demikian diagnose adanya endometriosis tidak berarti sama dengan ketidakmampuan hamil.
Untuk wanita-wanita yang tidak mempunyai masalah untuk hamil atau yang tidak ingin hamil lagi, bukan berarti bahwa endometriosis ini dapat diabaikan. Kista endometriosis akan terus tumbuh besar selama produksi hormon-hormon wanita dari wanita yang bersangkutan berlangsung sejalan dengan siklus haidnya, dan dengan adanya endometriosis ini dapat menimbulkan berbagai keluhan sakit sebagaimana telah dijelaskan di muka. Oleh sebab itu sudah seyogyanyalah bila setiap wanita yang mengidap gejala penyakit endometriosis ini menjalani pemeriksaan dan mengikuti terapi penyembuhan sesuai dengan yang disarankan oleh dokternya masing-masing.